Analisis Sensasi dan Persepsi Bahasa Visual Pada Lukisan Karya Lee Man Fong

Hallo, perkenalkan nama saya Yasmin Sumayyah, biasa dipanggil Yasmin. Dalam blog ini saya akan membahas tentang sensasi dan persepsi saya ketika melihat lukisan karya Lee Man Fong yang berjudul “Membakar Sate”. Sensasi dan persepsi merupakan dua konsep yang saling berkaitan, sensasi adalah tahap awal yang datang secara langsung melalui kemudian di rasakan/di tangkap oleh indera kita, sedangkan persepsi adalah tanggapan kita dalam menangkap respon dari sensasi tersebut, misalnya Anda duduk di dalam ruangan dingin, maka Anda dapat merasakan sensasi dingin pada kulit ketika udara menyentuhnya. Sensasi awal terhadap suhu bisa saja bervariasi dalam persepsi dingin. Jika Anda suka cuaca dingin, Anda akan merasa segar dan menyenangkan. Tetapi, jika Anda tidak suka cuaca dingin, Anda akan merasa tidak nyaman dan tidak suka. Persepsi dingin dipengaruhi oleh preferensi, pengalaman, dan emosi Anda.

  


    Lukisan “Membakar Sate” ini di buat sekitar tahun 1940-1960. Media yang digunakan pada lukisan ini, yaitu cat minyak dan hardboard  berukuran 105 cm x 52 cm. Pada saat melihat lukisan ini sensasi yang saya rasakan bisa di dapatkan dari indera penglihatan saya, yaitu warna lukisan yang berkesinambungan dan berhubungan antara satu dengan lainnya membuatnya tidak bertabrakan pada warna yang kontras. Sisi gelap pada bagian kiri bawah dimana ada karakter seorang wanita memberikan kesan teduh. Pada lukisan ini pun terlihat out line yang dibuat garis secara spontan yang menjadi ciri khas Chinese art style. Suasana pada lukisan tersebut jika dilihat dari segi pewarnaannya terjadi pada siang hari. Pedagang sate pada lukisan tersebut berjualan di bawah pohon kelapa dan pedagang tersebut sedang mengipasi sate yang akan disajikan untuk pembeli. Pedagang memakai baju kaos polos berwarna abu-abu dan memakai ikat kepala yang berwarna coklat gelap, gerobak panggul penjual berwarna coklat dan ada sebuah payung berwarna kuning di samping kiri gerobak. Di bakul gerobak tersebut juga terdapat bahan-bahan penjual, seperti botol kecap dan panci lontong, . Pembeli tersebut adalah seorang Ibu dan anaknya, Ibu terlihat sedang duduk di sebuah batang pohon yang sudah tumbang dan ia tampak memperhatikan proses pembuatan sate yang di lakukan oleh pedagang. Kemudian, sang anak berdiri menatap sang ibu yang berada di depannya. Karakter Ibu memakai baju lengan panjang bercorak seperti bunga yang sangat khas pada kesan jaman dahulu, sedangkan sang anak memakai baju dan peci berwarna biru.

    Persepsi yang saya dapatkan dari lukisan tersebut adalah penggambaran tentang keadaan berdagang pada masa itu. Dengan adanya pedagang yang sedang menyajikan sate dan adanya sang pembeli yang sedang menunggunya dapat saya simpulkan bahwa pembeli memang menginginkan sate tersebut, tapi sosok anak lakinya terlihat sudah tidak sabar menunggu sang Ibu yang sedang membeli sate. Kesederhanaan pada penyajian makanan pada lukisan tersebut bisa sangat dirasakan ketika melihat sang penjual mengipasi sate tersebut menggunakan kipas tangan dan penjualnya memakai gerobak panggul yang saat ini masih bisa dikatakan sangat kuno dan jadul, bahkan pada masa ini sudah jarang di temukan penjual sate dengan gerobak panggul.  

    Sekian pendapat saya mengenai sensasi dan persepsi yang saya dapatkan ketika melihat lukisan “Membakar Sate”. Maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, saya harap Anda dapat mengerti yang saya sampaikan dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda yang membacanya. Terimakasih, sampai jumpa kembali. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mispersepsi pada Tayangan Iklan Dove 2017

PEMAHAMAN PERSEPSI SOSIAL BAKSO PAK ATMO